Sabtu, 06 Desember 2014

Macam-Macam Variabel Penelitian

Macam-Macam Variabel Penelitian - Berkaitan dengan proses kuantifikasi, data biasa digolongkan menjadi empat jenis, yaitu (a) data nominal, (b) data ordinal, (c) data interval, dan (d) data ratio. Demikianlah pula variabel, kalau dilihat dari segi ini biasa dibedakan dengan cara yang sama.[1]
Variabel Penelitian

1.      Variabel nominal, yaitu variabel yang ditetapkan berdasar atas proses penggolongan; variabel ini bersifat deskrit dan saling pilah (muatually exclusive) antara kategori yang satu dan kategori yang lain; contoh: jenis kelamin, status perkawinan, jenis pekerjaan.

2.      Variabel ordinal, yaitu variabel yang disusun berdasarkan atas jenjang dalam atribut tertentu. Jenjang tertinggi biasa diberi angka 1, di bawahnya diberi angka 2, lalu di bawahnya diberi angka 3, dan di bawahnya lagi diberi angka 4, dan seterusnya. Contoh: hasil perlombaan inovatif produktif di antara para mahasiswa, ranking mahasiswa dalam sesuatu mata kuliah, ranking dalam sesuatu perlombaan mengarang, dan sebagainya.
3.      Varibel interval, yaitu variabel yang dihasilkan dari pengukuran, yang di dalam pengukuran itu diasumsikan terdapat satuan (unit) pengukuran yang sama. Contoh variabel interval misalnya prestasi belajar, sikap terhadap sesuatu program dinyatakan dalam skor, penghasilan, dan sebagainya.
4.      Variabel ratio, adalah variabel yang dalam kuantifikasinya mempunyai nol mutlak. Di dalam penelitian, terlebih-lebih dalam penelitian di bidang olmu- ilmu social. Orang jarang menggunakan variabel ratio.
Variabel dapat dibedakan atas yang kuantitatif dan kualitatif. Contoh variabel kuantitatif misalnya luas kota, umur, banyaknya jam dalam sehari, dan sebagainya. Contoh variabel kualitatif misalnya kemakmuran kepandaian.
Lebih jauh variabel kuantitatif diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu variabel diskrit dan dan variabel kontinum.[2]
1.    Variabel dikrit: disebut sebagai variabel nominal atau variabel kategorik karena hanya dapat dikategorikan atas 2 kutub yang berlawanan yakni “ya” dan “tidak”. Misalnya ya wanita, attau dengan kata lain: “wanita-pria”, “”hadir-tidak hadir”, atas- bawah”. Angka- angka digunakan dalam variabel diskrit ini untuk menghitung, yaitu banyaknya pria, banyaknya yang hadir dan sebagainya. Maka ngka dinyatakan sebagai frekuensi.
2.    Variabel kontinum: dipisahkan menjadi 3 variabel kecil yaitu:
a.    Variabel ordinal, yaitu variabel yang menunjukkan tingkatan- tingkatan misalnya panjang, ukur panjang, pendek. Untuk sebutan lain adalah variabel “lebih kurang” karena yang satu mempunyai kelebihan dibandingkan yang lain.
Contoh: Ani terpandai, Siti terpandai, Nono tidak pandai
b.    Variabel interval, yaitu variabel yang mempunyai jarak, jika dibanding dengan variabel lain, sedang jarak itu sendiri dapat diketahui dengan pasti. Misalnya:
Suhu udara di luar 31˚C. suhu tubuh kita 37 ̊C. maka selisih suhu adalah 6 ̊ C.
Jarak Semarang- Magelang 70 km, sedangkan Magelang- Yogyakarta 101 km. maka selisih jarak Magelang- Yogya, yaitu 31 km.
Dibandingkan dengan variabel ordinal, jarak dalam variabel ordinal tidak jelas. Jarak kepandaian antara Ani dan Siti tidak dapat diukur.
c.    Variabel ratio, yaitu variabel perbandingan. Variabel ini dalam hubungan antar- sesamanya merupakan “sekian kali”.
Contoh:
Berat pak Karto 70 kg, sedangkan anaknya 35 kg. maka Pak Karto beratnya dua kali berat anaknya.
Kembali kepada variabel diskit, variabel diskit bukan hanya hasil hitunga, tetap juga penomoran. Nomor telepon misalnya, dapat digolongkan dalam variabel diskrit. Tinjauannya adalah krena nomor telepon tidak menunjukkan “lebih-kurang”, “jarak”, atau “sekian kali”. Jika nomor telepon pak Sosro 8000 dan nomor telepon Pak Noto 4000, tidk dapat diartikan:
1.      Nomor telepon pak sosro lebih banyak daripada nomor telepon Pak Noto.
2.      Nomor telepon pak sosro berjarak 4000 dari nomor telepon Pak Noto.
3.      Nomor telepon Pak Sosro dua kali nomor telepon Pak Noto.[3]
Berdasarkan uraian tersebut, maka untuk mudahnya mengingat- ngingat:[4]
1.        Variabel diskrit diberi symbol laki- laki, perempuan dan gambar telepon.
2.        Variabel ordinal diberi symbol gambar 3 orang yang berbeda tingginya.
3.        Variabel interval diberi symbol gambar thermometer.
4.        Variabel ration diberi symbol gambar kayu penggaris.
Menurut Alimin (2010, 90) menyatakan bahwa jenis- jenis variabel yaitu sebagai berikut:
1.        Variabel independen
Variabel independen ialah suatu variabel stimulus atau input yang beroperasi baik di dalam diri seseorang atau di dalam lingkungannya guna mempengaruhi perilakunya. Contoh rumusan hipotesis: wanita yang merencanakan pengajaran karir dalam bidang ilmu pengetahuan lebih agresif lebih bebas dan mempunyai dorongan untuk berprestasi yang lebih tinggi disbanding dengan wanita yang tidak merencanakan karir yang demikian. Bedasarkan rumusan hipotesis di atas dapat dikemukakan bahwa variabel independennya yaitu: wanita yang merencanakan pengejaan karir dalam ilmu pengetahuan dengan wanita yang tidak demikian.
2.    Vaeiabel Dependen
Variabel dependen ialah suatu variabel respon atau out-put. Variabel dependen ialah suatu factor yang diamati dan diukur guna menentukan efek dari variabel independen yaitu factor yang Nampak, tersembunyi atau berbagai hal yang ditambhkan/ dihilangkan oleh peneliti, atau berbagai macam variabel penelitian. Variabel itu menggambarkan konsekuensi suatu perubahan di dalam diri seseorang atau situasi yang dikaji. Berdasarkan contoh rumusan hipotesis pada butir B di atas, dapat dikemukakan bahwa variabel dependennya adalah: agresifitas, kebebasan, dorongan berprestasi.
3.    Variabel Moderator
Istilah variabel moderator menjelaskan suatu tipe khusus dari variabel independen, yaitu suatu variabel independen sekunder yang dipilih guna menentukan apakah ia mempengaruhi hubungan antara variabel independen primer dan variabel dependen. Variabel moderator sebagai factor yang dikur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti guna menemukan apakah ia memodifikasi hubungan antara variabel independen dan gejala yang diamati.
            Contoh rumusan hipotesis tekanan situasional yang bersifat moal menyebabkan Ketua Kelompok belajar Usaha Jahit Menjahit Melati yang non dogmatic berinovasi, dan tekanan situasional yang layak menyebabkan ketua Kejar usaha Jahit Menjahit Melati yang Dogmatic berinovasi.
            Berdasarkan rumusan hipotesis di atas, dapat ditentukan:
a.    Variabel independennya: Tiap tekanan situasional moralitas lawan kelayakan
b.    Variabel moderatornya: Tingkat dogmatis ketua Kejar Usaha Jahit Menjahit Melati
c.    Variabel Dependennya: Tingkat inovasi Ketua Kejar Usaha Jahit Menjahit Melati
4.    Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah faktor yang dikontrol oleh peneliti guna menunda atau menetralisasi setiap efek yang mungkin muncul pada gejala yang diamati. Variabel kontrol tidak perlu dispesifikasi dalam hipotesis. Kadang- kadang variabelnya perlu dibaca pada bagian metode dalam suatu studi guna menemukan variabel mana yang telah diperlakukan sebagai variabel control. Contoh rumusan hipotesis: performance tugas dari warga belajar yang tinggi kebutuhan berprestasinya alan lebih tinggi daripada warga belajar yang tinggi rendah kebutuhan berprestasinya dalam tugas yang mempunyai kemungkinan sukses 50. Berdasarkan rumusan hipotesis di atas, dapat ditentukan variabel kontrolnya: kemungkinan kesuksesan tugas.
5.    Variabel  Penyela
Variabel penyela ialah factor yang secara teoritis mempengaruhi gejala yang diamati tetapi tidak dapat dilihat, diukur atau dimanipulasi, ekenya harus disimpulkan dari efek variabel independen dan moderator pada gejala yang diamati.
6.    Variabel Campuran
Sebab                                       ----- kaitan                   ----- akibat

Variabel independen
Variabel moderator                 variabel penyela          variabel dependen
Variabel kontrol



[1] Sumadi, Suryabrata, Metodologi Penelitian (Cet 24; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), h. 26.

[2] Suharsini, Arikunto, Prosedur penelitian (Cet 13; Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 116.

[3] Suharsini, Arikunto, Prosedur penelitian (Cet 13; Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 117.

[4] Suharsini, Arikunto, Prosedur penelitian (Cet 13; Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 117.

 

Ad Placement